Friday, October 28, 2011

Cara Bijak Melihat Kuntilanak


Bagi sahabat yg punya nyali selahkan baca barangkali ada yg penasaran dengan keberadaan mahluk gaib di sekitar kita
bagi yg takut duluan ga usah di baca saja tolung jgn di baca bagi …yg takut duluan yach pliiisssssss..ne malam jum at ..ga usah di baca delet aza kawan
lautan rindu berbagi pengalaman gaib buat sahabt semuanya ..
CARA MEMANGIL KUNTILANAK
Menurut kamu apakah ini ide konyol…??? kalau menurut saya itu wajar-wajar saja, karena hal ini sepertinya sudah umum di masyarakat indonesia. Cara seperti ini saya dapatkan dari forum-forum. saya juga mau nyoba tapi uuhggtt ga aah ngeri banget
Kalau kamu ingin mencoba nya usaha kan jangan cuma satu orang saja, sebaik nya dilakukan dua sampai tiga orang. seperti memanggil jalangkung begitulah kira-kira, hayoo dia di samping kamu tuuh… hahahaaaa
Oke kita langsung saja ke TKP
Siapkan daun nangka yang jatuh ketanah, ambil dua lembar yang satu ketutup, dan yang satunya kebuka, siapkan minyak mambo 76, harganya minyaknya gak mahal cuma Rp.3000 di pasar kodim (pekanbaru)banyak tuuh tapi entah kalau di pasar kamu, heheheeeee
Cara nya :
Duduk bersila yang masing-masing megang daun yang sudah ditaburi minyak mambo tersebut, kemudian baca doa-doa berikut :
Untuk manggil satu orang “KUN RUBUNNA NURIL JAKIIM “
Untuk manggil satu pasukan batalion ..yg datang akan lebih banyak “KUN RUBUNNA JAMIIL JAKIIM”
Awas ya kalau datang beneran gua ga tanggung jawab, resiko tanggung sendiri, oh ya jangan pergunakan untuk hal-hal yang berbau sirik, inget rejeki kita udah ada yang ngatur…
sekedar berbagi aza
klik aza… http://www.marpoyan.co.cc/2010/02/cara-memanggil-kuntilanak.html
saya akui saya salah maaf yaach sahabat sekali lagi maaf ini hanya uji nyali bagi yg mau atau jadikan pengalaman saja..............

Wednesday, October 26, 2011

Titisan Keringat Sang Kelana Gurun

 
Rasi orion malam ini sangatlah berkesan..
Terharu dalam biasan gemerlap  jutaan galaxi..

Terdiam dalam kehampaan seraya angin berdesir..

Bukan air langit tak kuasa..

Atau bahkan Pasir ini tak berbisik..



Sungguh di kota ini aku majemuk..

Layaknya bak polip – polip mengerubungi tentakel – tentakel tajam..

Terjun bebas mengarungi ribuan cahaya intim..

Layaknya bak mengarungi Cyrus , Cumulus atau bahkan Stratus..

Tidakkah kau berkenan menghapus keringat suci ini..

Tidakkah kau rela memberikanku tisu sulapan kayu – kayu hinamu..



Manalah sanggup aku  berjalan membusungkan dada..

Sementara mereka tergopoh – gopoh membopong piala..



Sungguh hal konfrontasi bila proses agradasi jiwa..

Terhalang lembaran – lembaran lama..

Mengacu pada sebuah bilik penentuan...

Yang dia tahu hanya IPK itu bukanlah Jaminan..

Dengan kepolosan kelana gurun berkutat..

“”bahwa hidup bukanlah sebuah penyesalan””..

Monday, October 24, 2011

Cara Menjinakkan Burung (update)


Burung jinak adalah salah satu syarat burung bisa menjadi gacor. Burung jinak  dalam hal ini bukan berarti burung menurut saja ketika dipegang, atau mendekat kalau didekati orang. Burung jinak secara umum adalah burung yang bebas dari tekanan di sekitarnya, burung yang tidak takut lagi kepada makhluk hidup di sekitarnya terutama terhadap manusia.
Burung kenari yang lahir dan besar di lingkungan manusia misalnya, adalah burung yang jinak dalam pengertian ini. Banyak burung kenari yang sulit ditangkap tangan, baik ketika di dalam sangkar, apalagi kalau terlepas keluar sangkar. Namun demikian, dia tidak takut dan tertekan berada di lingkungan manusia karena dia sudah terbiasa bahkan sejak lahir. Dalam konteks ini, pada burung kenari tersebut sudah berlangsung domestikisasi
Bagaimana dengan burung tangkapan hutan? Burung hasil tangkapan hutan biasanya liar dan sangat gesit. Jika Anda punya burung masih liar, tentu tidak akan pernah gacor ketika ada orang di sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa burung-burung bakalan hanya berbunyi ngeplong kalau tidak ada/ tidak  melihat orang.
Proses penjinakan
Untuk menjinakkan burung sudah banyak tips diberikan oleh kawan-kawan kita. Dalam proses wajar, burung bisa jinak dalam waktu relatif lama. Kalau mau agak cepet, kuncinyanya pada diri kita sendiri: sempat apa nggak. Kalau Anda sempat, lakukan hal-hal berikut ini.
1. Dari sisi tempat
Kalau Anda punya burung terlalu liar, gantung saja agak tinggi di tempat ramai, ya di tempat ramai, atau yang biasa dilalulalangi anggota keluarga. Jangan justru digantung di tempat tersembunyi karena Anda takut burung kelabakan. Biasakan itu selama sekitar sepekan. Setelah itu, posisi agak diturunkan. Lakukan selama sepekan, turunkan lagi, sepekan mendatang turunkan lagi sampai posisi normal. Kalau rumah Anda dekat jalan raya/kampung, biasakan gantung burung di halaman rumah dekat jalan itu (tapi awas maling). Kalau burung Anda memang liar banget dan Anda melakukan saran saya ini, saya jamin burung Anda bakal berdarah-darah di sekitar paruhnya, juga bulunya rusak. Tapi no problem. Itu proses normal yang harus kita lalui. Luka bakal kering, bulu bakal tumbuh lagi.
2. Dari sisi memandikan
Biasakan memandikan burung dengan cara dikaramba dengan waktu agak lama. Kalau dia nggak mau mandi sendiri, semprot pakai semprotan sampai basah kuyup. Nggak masalah dia kelabakan kesana-kemari saat disemprot. Benar-benar basah kuyup sampai menggigil kedinginan dan nggak kelabakan lagi. Biarkan dulu dia di karamba, sampai bulu agak kering. Tapi kalau Anda tergesa-gesa mau pergi, masukkan langsung ke sangkar juga nggak apa-apa, dan gantung di tempatnya. Kalau sempat, lakukan “pemandian” itu pagi dan sore hari.
Fungsi memandikan sampai basah kuyup:
a. Untuk mempercepat burung lapar. Dengan mengombinasikan dengan cara nomer 3 di bawah maka burung akan semakin merasa tergantung pada kita. Pada saat yang sama, kita bisa cepat membuat burung lapar tetapi tidak kekurangan nutrisi (beda kan kalau kita memang sengaja tidak memberi pakan burung secara rutin atau cukup, yang dalam hal ini burung benar2 kekurangan semua nutrisi. Kalau dengan memandikan, maka rasa lapar hanya disebabkan dia terlalu banyak membakar karbohidrat untuk memanaskan tubuh).
b. Pada saat burung basah kuyup, ada pembelajaran pada burung bahwa meskipun dia hanya bisa diam, kenyataannya kita (manusia) yang berlalu lalang di dekatnya, bukan merupakan ancaman.
Proses penjinakan adalah proses pembelajaran domestikisasi.
Kalau kita takut burung lecet-lecet saat itu dan tidak memaksakan proses pembelajaran, maka burung akan terlalu lama giras dan bisa-bisa giras sepanjang masa. Kalau ini yang terjadi, ketika burung selalu gerabakan saat dibawa-bawa, maka yang stress bukan hanya burungnya, tetapi juga kita yang punya burung yang selalu gerabakan.
3. Dari sisi makanan (bisa dilakukan pada hari libur/menyempatkan diri libur)
Kosongkan tempat pakan menjelang malam. Biarkan pada pagi hari dia kelaparan. Dalam kondisi itu, sorongkan jangkrik dengan lidi di tangan kita. Kalau dia nggak mau mematuk jangkrik, tarik lagi. Lima atau sepuluh menit lagi kita lakukan hal sama. Kalau masih nggak mau, tunda lagi. Begitu seterusnya, sampai sekitar pukul 10.00. Kalau sampai jam itu belum mau juga, tinggalkan jangkrik di tempat pakan biar dimakan. Setelah dia makan satu jangkrik, sorongkan pakai lidi satu jangkrik lagi. Kita goda dia beberapa saat mau mendekat atau tidak. Begitu jangkrik disambar, kita coba lagi, sampai burung agak kenyang. Setelah itu tempat pakan kita isi dengan kroto (untuk murai dan kacer) satu sendok teh saja. Siang hari, kita coba-coba lagi memberi jangkrik dengan lidi, dan begitu pula sore hari. Setelah terbiasa dengan lidi, coba langsung diangsurkan dengan tangan. Proses ini kuncinya adalah membuat burung kelaparan dan merasa tergantung pada manusia dan “terpaksa” harus berani kepada manusia. Karena kuncinya membuat burung lapar, senantiasa kosongkan wadah pakan dan hanya beri secukupnya ketika sudah dilatih makan jangkrik yang kita tusuk lidi/langsung dari tangan kita.
Kalau sekadar untuk tetap bernafas sehat, empat-lima jangkrik sudah cukup kita berikan pada pagi hari, dua-tiga jangkrik pada siang hari, dan empat – lima jangkrik pada sore hari, dan semuanya tanpa ada makanan tambahan di wadah pakan.
—Itulah sejumlah cara menjinakkan burung yang bisa kita pilih. Kalau ketiga cara itu bisa kita laksanakan/kombinasikan berbarengan, maka dalam waktu nggak sampai sebulan burung liar sudah jadi relatif jinak.
Menjinakkan burung dengan cara itu memang membawa sejumlah konsekuensi, misalnya burung yang semula sudah mau ngriwik/bunyi, jadi agak macet karena stres. Burung yang semula mulus, jadi luka atau rusak bulu. Tapi semua adalah bagian dari proses. Tinggal kita mau pakai jalan cepat atau jalan biasa. Orang Jawa bilang, jer basuki mawa bea, semua kebaikan perlu biaya dan biaya ini bisa bermacam-macam bentuknya. Ok?

Thursday, October 20, 2011

Sepintas Akal Bernalar Iblis



Hiduplah dengan penuh keyakinan dan perjuangan mencapai setiitik semu dalam bayang sendu.
Berjalan melangkah kearah mata batin sang pembawa nafsu..
Birahi...kejahatan, hanyalah ilusi semata dalam nalar per akalan iblis...
Dalam sendu kita berkalbu..
Dalam bayang kita Mengadu...

"" Bukankah kita hanya sepintas lalu""
"" ataukah kita Sepenggal kemunafikan""
""hidup bukan untuk dimengerti""
""Hidup untuk mengetahui apa yang belum kita ketahui""

Terkadang sebuah bejana jadi imbas para penguasa..
Penguasa kejahannaman..
Penguasa hitam..
""bukankah Hitam Diatas Putih""
""ataukah Putih Merangkul Hitam"""

Tidak ada Seorangpun yang Tahu,
Saat Hitam Diatas Putih melangkahlah sejenak kelana Gurun bergegas menghampiri Pasir Pasir yang berbisik...

Dia Berkata.....
"" akulah yang Selalu Ditindas""
"'aku Bisa Menghancurkan Bejanamu""
""aku Bisa Menghempaskanmu dalam setitik ilusi abstrak""
""aku hanya Sebutir Pasir, Berjiwa Bengis""
""akulah bersama angin menghempasmu sadis kedalam akal pikiran""
""karena Aku Bernalar Iblis""

Cinta adalah riwayat lalu datang dalam keadaan semu dalam sebutir pasir ber aral merdu.

Wednesday, September 28, 2011

""Manfaat Hutan Kota""

Hutan kota memberikan banyak sekali manfaat bagi kelestarian lingkungan kota. Hutan kota sangat diperlukan bagi semua penghuni kota. Setiap manusia yang habitatnya di perkotaan pasti akan mendapatkan banyak manfaat jika di kota tempat habitatnya tersebut memiliki hutan kota. Ada pun manfaat yang bisa dirasakan dalam kehidupan masyarakat perkotaan dari pembangunan hutan kota, antara lain :
1. Manfaat estetis. Warna hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi suatu pemandangan yang indah dan menyejukkan.

2. Manfaat hidrologis. Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan sehingga tidak mengalir sia-sia melainkan dapat diserap tanah.

3. Manfaat klimatologis. Iklim yang sehat dan normal penting untuk keselarasan hidup manusia. Efek rumah kaca akan dikurangi dengan banyaknya tanaman dalam suatu daerah. Bahkan adanya tanaman akan menambah kesejukan dan kenyamanan lingkungan.

4. Manfaat ekologis. Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman, atau manusia saja. Kehidupan makhluk di alam ini saling ketergantungan. Apabila salah satunya musnah maka kehidupan makhluk lainnya akan terganggu.
5. Manfaat protektif. Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya matahari, terpaan angin kencang dan peredam dari suara bising.

6. Manfaat higienis. Dengan adanya tanaman, bahaya polusi mampu dikurangi karena dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara. Bahkan tanaman mampu menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.

7. Manfaat edukatif. Semakin langkanya pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian warganya tidak mengenalnya lagi. Karena langkanya pepohonan tersebut maka generasi manusia yang akan datang yang hidup dan dibesarkan di perkotaan seolah tidak mengenal lagi sosok tanaman yang pernah ada. Sehingga penanaman kembali pepohonan di perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam.

""Hiduplah seperti Air, Tapi Jangan Seperti Air yang Mengalir""

Berbicara masalah filosofi hidup kadang berkaitan erat dengan cara pandang, cara berpikir, dan cara menilai kita pada satu objek tertentu. Menurut kita pesan yang tersirat dibalik setiap objek tertentu begini, bukan tidak mungkin menurut orang lain begitu. Sah-sah saja memang, terlebih lagi masing-masing punya dasar dan tujuan positif.
Disini saya ingin “belajar mencoba” untuk menguraikan satu pandangan dari banyak orang tentang “hiduplah seperti air”. Filosofi hidup seperti air atau menurut masyarakat Tionghoa dikenal juga dengan istilah Tao Te Ching ternyata berbeda dengan “hidup seperti air mengalir”. Prinsip hidup seperti air lebih mengarah pada sifat global air itu sendiri, sedangkan hidup seperti air mengalir lebih mengarah pada salah satu sifat air yang selalu mengalir kesegala arah.
Lalu kenapa kita harus hidup seperti air ?, atau paling tidak filosofi apa yang bisa kita ambil dari air ?
Pertama, selain mempunyai sifat mengalir, air juga mempunyai sifat menguap. Naik keatas dan bertemu, berkumpul dan bersatu dengan uap air yang berasal dari berbagai tempat, dan dari pertalian ikatan ini akhirnya terbentuklah awan. Gumpalan awan ini kemudian bertemu dengan gumpalan-gumpalan lainnya sehingga semakin berat dan turunlah hujan yang menyejukan. Sifat ini hendaknya ditiru oleh kita, yaitu begitu pangkat dan kualitas hidup kita bisa lebih baik dan diatas orang lain, seharusnya kita bisa bersatu padu dengan orang-orang yang sama-sama diberikan derajat lebih untuk kemudian berusaha semaksimal mungkin menyejahterakan banyak orang.
Kadang sering ada yang menjadikan teori diatas sebagai alasan mengapa hidup harus seperti air yang mengalir, padahal teori diatas bukanlah tentang “air mengalir” melainkan ½ dari ”siklus air”. Sedangkan “air mengalir” bagian dari “Siklus air”.
Kedua, air mempunyai sifat membersihkan. Tentunya tidak semua air bisa membersihkan, air yang bisa membersihkan tentunya harus air yang bersih juga. Hikmahnya buat kita, hendaklah kita menjadi pribadi yang bisa mempengaruhi orang lain untuk berada dijalan yang baik, benar dan bersih, dan untuk itu tentunya kita harus membersihkan diri sendiri terlebih dahulu tentunya.
Ketiga, air mempunyai sifat halus dan lembut tapi tegas. Air bisa datang dalam jumlah yang sangat besar tapi juga bisa seketika hilang tanpa jejak. Saya lebih percaya kalau materi di muka bumi ini yang paling lembut sepertinya air, setiap kita sentuh ia sangat halus, saking halusnya kita tidak bisa mengukur seberapa tebal ukuran inti air. Tetapi, meskipun air terlihat dan terasa begitu tenang, lembut dan menyejukan, manakala ia “bertindak atas perintah Allah SWT” untuk memberikan peringatan kepada umat manusia maka efeknya sangat dahsyat mampu meluluhlantahkan dunia lebih dari sebuah bom atom. Pelajarannya buat kita adalah kita harus menjadi pribadi yang lemah lembut, santun, menentramkan tapi tidak loyo, tidak cemen. Tenang tapi punya ketegasan yang tidak bisa disepelekan dan direndahkan.
Keempat, hadirnya air selalu dibutuhkan dan dirindukan oleh siapapun. Mudah-mudahan dengan berkaca pada peran air, kita bisa berusaha menjadi manusia yang setiap kehadirannya selalu dibutuhkan dan sangat dirasakan manfaatnya oleh orang lain, sehingga kita tidak menjadi terbuang dan terkubur didalam sampah sejarah.
Kelima, berubah bentuk tapi tidak berubah sifat. Sobat perhatikan bak mandi yang berisi air secara penuh, misalnya bak tersebut berbentuk kubus, otomatis air yang didalamnya karena mempunyai sifat menekan ke segala air bentuknya juga menjadi kubus mengikuti bentuk bak mandi. Air tersebut kemudian sobat pindahkan kedalam drum yang mempunyai bentuk silinder, otomatis air tersebut bentuknya juga menjadi silinder karena menyesuaikan bentuk drum.
Ketika air berada didalam bak mandi dan bentuknya menyesuaikan bak mandi, ia tetaplah air, air dengan segala ciri khas, sifat dan karakternya. Begitu juga ketika air dipindahan kedalam sebuah drum, ia tetaplah air yang masih dengan segala ciri khas, sifat dan karakternya. Ia tidak berubah menjadi minyak ataupun yang lainnya. Gambarannya, dimanapun kita berada hendaklah kita tetap mempunyai kepribadian yang kuat, keimanan yang teguh, yang tidak mudah terpengaruh oleh perubahan kondisi dan lingkungan.
Keenam, air tidak bisa dibelah, selalu mengalah tapi tidak pernah kalah. Sobat perhatikan saat air dikolam atau dimanapun, dengan cara apapun ia dibelah tetap ia akan bersatu kembali. Dengan satu hentakan pukulan keras mungkin air tersebut tercerai-berai menciprat kesegala arah. Tapi ia akan tetap kembali bersatu lagi. Hikmahnya buat kita, apalagi kalau bukan semangat persatuan dan persaudaraan. Air sangat mudah berbaur dengan sesama air, sudah selayaknya kita juga bisa berbaur dan bersatu-padu antar sesama manusia terlebih lagi disatu bangsa yang sama.
Lantas, kenapa kita jangan hidup seperti air yang mengalir ?
Sebetulnya teori ini tidak salah sepenuhnya, tapi saya banyak tidak setujunya. Air punya sifat mengalir dari yang tinggi ke yang rendah menekan kesegala arah. Ketika air mengalir ada kemungkinan ujungnya, antara ke tempat yang baik atau buruk. Masih mending kalau mengalirnya ke muara laut, kalau ke saluran got, jalur pembuangan limbah dan berujung pada septik tank ?, atau bahkan bermuara di pusat pembuangan limbah yang mencemari lingkungan dan membahayakan untuk kehidupan ?. Air yang mengalir mempunyai sifat yang liar tak tentu arah, ia tidak bisa mengendalikan diri. Kalau air sudah tidak terkendali, maka keliarannya bisa menyebabkan banjir dan arusnya menghancurkan segala objek.
Masih mau hidup seperti air yang mengalir ?
Agar bisa lebih bermanfaat dan tidak sia-sia, air yang mengalir tersebut harus diatur arah alirannya. Harus dialirkan kemana ?, disalurkan kemana ?. Untuk persawahanpun tidak serta-merta air dari sungai mengalir sendiri ke sawa-sawah, alirannya tetap harus diatur, dialirkan, diarahkan, sehingga jelas manfaatnya.
Hidup seperti air mengalir tak ubahnya seperti sebuah kepasrahan diri “terserah zaman mau membawa saya kemana”. Air ang mengalir harus diarahkan dan diatur alirannya supaya tidak membahayakan, merugikan dan sia-sia. Demikian halnya hidup kita, harus terarah, tidak merugikan, dan yang pasti hidup kita tidak sia-sia. Jelas, filosofi “hidup seperti air mengalir” tidak cocok untuk pribadi yang  mau berubah kearah yang  lebih baik. Hidup ini harus diarahkan dan dikendalikan. Singkatnya, kalaupun mau hidup seperti air yang mengalir harus lebih ditegaskan lagi “hiduplah seperti air ledeng yang mengalir”.

Selamat Malam, Saya Banci ""perjalanan""

“Mbah ojo dadi banci lho, Mbah…mengko aku ndhak dadi lesbian”


Kalimat berbahasa Jawa --yang artinya: Nek, jangan jadi waria lho, Nek…nanti aku bisa (ketularan) jadi lesbian-- itu meluncur dari bocah perempuan berusia kira-kira 8 tahun. Sutopo, waria yang merupakan nenek angkat dari anak itu, menuturkannya kembali untuk acara televisi bertajuk “Kejamnya Dunia”. Agak mengagetkan bahwa acara yang cenderung mengeksploitasi penderitaan dan kesedihan manusia itu kali ini menampilkan kisah yang cukup mengharukan. Objeknya, waria, tentu saja memang masih sesuai dengan tajuk acaranya. Namun, kali ini porsinya terasa begitu pas, sehingga tak tampak adanya upaya yang berlebihan untuk menggali airmata ratapan “ketidaknormalan”.

Judulnya “Selamat Pagi, Saya Pak Topo” dengan sub judul dalam kurung “Kisah Seorang Waria Menjadi Guru”. Yang terakhir ini terdengar lugu dan naif, selugu adegan-adegan ilustrasi yang diperankan oleh model. Tapi, di luar itu, secara substantif, episode “Kejamnya Dunia” kali ini tidak hanya menarik namun juga berhasil mengundang simpati. Pada beberapa bagian bahkan tampil lucu dan menghibur. Misalnya, pada bagian yang saya jadikan pembuka tulisan ini, ketika Pak Topo mengenang kembali kata-kata salah seorang cucu angkatnya. Dari situ kita tak hanya dihadapkan pada sebuah panorama budaya tertentu yang demikian tulus menerima keberadaan waria. Lebih daripada itu, adegan yang menggambarkan keakraban antara seorang waria yang telah menjadi nenek dengan cucunya itu menjadi simbol dari lebih banyak lagi realitas tentang sebuah masyarakat Jawa yang egaliter.

Adegan lain yang menggambarkan hal yang sama adalah ketika Pak Topo, dengan setting ruang kantor di sekolah tempat ia mengajar, menuturkan bahwa semua rekan-rekannya sesama guru memanggilnya mami. “Sampai kepala sekolah pun memanggil saya mami. Yang tidak memanggil mami cuma guru agama.” Dalam tayangan-tayangan fiktif, sosok waria dilukiskan dengan begitu karikatural bahkan cenderung absurd. Seolah-olah, para kreator di balik acara-acara seperti sinetron itu tak pernah melihat secara langsung sosok seorang waria itu seperti apa. Seolah-olah waria itu makluk lain dari luar spesies manusia yang luar biasa aneh. Dalam “Kejamnya Dunia” episode Pak Topo, waria tampil begitu normal, begitu wajar. Ia seorang guru di sebuah SMK di Yogyakarta, bergaul sebagaimana mestinya dengan lingkungannya dan diterima apa adanya.

Tentu saja ia pernah mengalami masa-masa sulit, ketika hidup diwarnai dengan diskriminasi, penolakan dan perlakuan yang menghinakan dari orang-orang di sekitarnya. Ia pernah mengalami masa-masa tidak disukai orangtuanya karena perilakunya yang “menyimpang”: pagi seorang lelaki berseragam pegawai negeri, malamnya berdandan perempuan dan kelayapan mencari teman-teman sehati. Namun, jatuh bangunnya seorang individu manusia dalam berjuang merebut eksistensinya adalah proses yang biasa dilewati oleh siapa saja, tidak laki-laki, tidak perempuan. Dan, tak terkecuali seorang waria. Pada akhirnya, di samping identitas seksualnya yang oleh umum dianggap menyimpang, pertama kali ia adalah seorang manusia.

Maka, lumrah bila kemudian Pak Topo pun berpikir normatif layaknya manusia lain pada umumnya, yang takut pada hari tua. Tak ingin sendirian dan kesepian, ia mengangkat anak (laki-laki), dan sang anak itu kini telah beristri dan beranak pula. Maka, Pak Topo pun punya cucu dan menjadi seorang yang dipanggil nenek. “Cucu saya yang pertama melarang saya dandan lagi. Mbah ojo dadi banci, lho, Mbah…mengko aku ndhak dadi lesbian, katanya,” tutur dia mengenang.

Dari tayangan-tayangan fiktif –termasuk misalnya yang berklaim relijius, dengan berbagai tajuk, dari “Hidayah” sampai “Taubat” yang menampilkan tokoh kiai di dalamnya-- kita disesatkan sejauh menyangkut sosok-sosok seorang waria. “Kejamnya Dunia” edisi Pak Topo telah memberikan pencerahan yang menyegarkan, dan membuat masyarakat jadi tahu bahwa waria bukanlah siapa-siapa. Ia guru di sekolah kita, ia juga bisa jadi orang tua kita (seperti yang digambarkan dalam film “Realita, Cinta dan Rock N Roll” karya sutaradara Upi Avianto), ia bisa nenek kita, tetangga sebelah rumah kita, yang setiap hari lewat depan rumah kita, menyapa kita atau kita sapa, kita ajak bercanda. Dan, ia tak perlu berteriak, “Aku Bukan Banci Kaleng”.

Friday, July 8, 2011

Sepenggal Kisah Masa Lalu

Jika saja taman mungil itu masih di sana, tentu aku sudah semenjak tadi menangkap capung-capung yang kerap beterbangan di sana. Capung-capung berwarna hijau dan kuning, bersayap bening, mengayuh udara, seolah berenang di angkasa. Kadang bersembunyi di balik ilalang, warnanya tersamar dengan bunga rumput yang tumbuh liar. Pelangi yang hinggap di cakrawala, membuat capung-capung datang semakin banyak, berputar-putar mencari sejumput keindahan yang menari di sore hari. Beberapa ekor mulai mencari pasangan, berkejaran dan tidak mau kalah oleh kehadiran para kumbang.
Jika saja taman mungil itu masih di sana, tentu aku sudah mengajakmu ke sana, mencoba menangkap capung yang terbang dengan tangan kosong. Dan tentu saja tak seekorpun tertangkap genggaman kita, capung-capung itu sungguh lincah, justru kitalah yang diajak berputar mengelilingi taman, menjenguk kesederhanaan suka cita. Sebagian batang ilalang rebah karena lari langkah kakimu yang kecil, namun tumbuhan itu tak mengeluh atau mengaduh, aku lihat sejenak mereka bangkit kembali.  Sesudah kaki-kakimu menjauh. Sementara tanganmu masih menggapai mahluk yang berenang ria di angkasa jingga.
Aku masih ingat gaunmu yang melambai, gaun motif bebungaan cerah warna sebatas lutut, hingga kedua kakimu nampak jelas. Beberapa kumbang terkecoh mencoba menghampiri lembar tetoronmu, bukan hanya motif bebungaan yang mengundang, melainkan bau wangi tubuhmu menyergapnya pula. Aku masih ingat itu. Dan ketika dedaunan putri malu meredup rekahnya, kau mengaduh. Duri-duri kecil telah menggoda lincah langkahmu bukan? Dan kamu meringis bukan karena rasa sakit, kamu menyembunyikan uap manja yang menyelinap dari hatimu. Sebaiknya aku pura-pura tidak mengetahuinya.
Aku masih ingat, ketika aku mecoba melepas duri dari telapak kakimu, duri yang sesungguhnya tiada pernah ada. Namun kamu tetap meringis hingga membuatku galau dan lalu kamu tersenyum nakal, centil menggoda. Sebaiknya aku pura-pura tidak mengetahuinya. Seperti capung-capung yang masih berseliweran, pura-pura tidak mengetahui keberadaan kita di taman mungil itu. Apakah kamu bersekongkol dengan mereka? Aku lihat pelangi meredup warnanya, rupanya tetes air membawanya pergi, ke arah cakrawala yang mulai temaram. Lihatlah, siluet capung-capung itu, sepertinya mereka saling berbisik, lalu meninggalkan kita berdua. Capung-capung bernaluri alam, menyerap semua gelombang kasih, yang merebak hingga ujung sana.

Tuesday, June 14, 2011

Dan ku ingin pulang





Ruangan ini mulai terasa sempit dan pengap, kehilangan semua keceriaan dan kebahagiaan serta aliran lembutnya yang biasanya terhembus di antara celah celah kecil jedela yang mulai berdebu karena jalan utama yang mulai macet sehingga jalan gang kecil depan rumah menjadi alternative para pengendara roda dua dan menebangkan debu.

Wanita muda itu berjalan lagi di depan rumah, dia berpakaian biasa mungkin akan pergi kepasar atau Cuma ke warung depan gang untuk sekedar membeli pecel tumpang . rambutnay bergelombang terawatt seperti biasa terurai bebas, entah kenapa dia selalu tampak cantik walau berpenampilan biasa, kaca mata nya memantulkan cahaya yang membuatku serasa melihatnya sedang menatap mantab depan dan seakan dia memiliki sebuah selubung akan dunianya sendiri, serasa dia memiliki sesuatu yang membuatku sangat tertarik dan memutuskan untuk menruh hati.

    Pagi yang sama, rutinitas yang sama, dan dia yang masih sama saja mampuh membuatku menjadwalkan setiap pagi dngan kopi pahit karena keluargakumemiliki gen  diabetes , menunggu wanita itu lewat,sekedar untuk menikmati auranya dan menikmati senyum tipisnya yang entahkenapa terasa tampak olehku walaupun sekilas dia terlihat memasang wajah datar, dia lewat dari kenan rumah menuju ke ujung gang disebelah kiri, menembus gang yangcukuplebar, sekitar dua meteran lebarnya dengan diringi kendaraan roda dua yang ikut seliweran di buru waktu.

    Pagi yang sama rutinitas yang sama, kali ini wanita itu menggandeng anak yang memakai kaos tim nas bernomer 17, sangat kontra dengan kulitnya yang putih, dan tubuhnya yang kurus, anak kecil itu berperawakan gendut dan berkulitsawo matang,entah itu anak siapa, anak wanita itu ? tiak mungkin,dia masih terlihat begitu muda memiliki anak, dan ilihat dariperhitunan biosistematika dan dari pohon filogen kecil atau hampir tidak mungkin ada kemungkinan kalau wanita itu dan anak kecil itu memiliki hubungan darah, tapi kembali lagi siapa yang tahu, bukankah itu hanya terpacu dari penampakan morfologi mereka saja, dan siapa tahu kalau anak ituadalah anak bawaan dari suami wanita itu yang menikahinya ketika sudah duda, tapiapakah wanita itu mau > wanita itu terlihat terlalu indah kalau disuruh menikah denganseorang duda, dan mungkin saja benar, wanita itu memiliki sisi kepolosan yang membuat semua kemungkinabisa terjadi, dan apa apa an ini, kenapa muncul banyak opsi dan persepsi mengenai wanita itu ?

    Hari yang sama, waktu yang berbeda, mala mini tidak seperti biasa secangkir kopi pahit, dan sebuah pemandangan yang biasanya aku nikmati di pagi hari, waniat itu berjalansendiri dari kiri ke kanan, berarti dia akan pulang, dia sendirian, dan jam sudah menunjukan pukul 10 malam, bukan hal yang biasa wanita itu lewat depan rumah selarut ini sendiri.

    Bagaimana kalau dia di jalan bakal kenapa napa? Atau mungkin ketemu perampok atau ketemu pmerkosa, mungkin saja kalau tidak keduanya takkanada ruginya, mungkiin bakal ketahuan di mana rumahnya, dimana dia tinggal, dan bagaimana dia menempuh pagi yang membuat hidupkuserasa begitu indah.

    Dengan menjaga jarak wanita itu ku iikuti, tak mungkinlah niat baikku bakal berujung di teriakinya penguntit, atau bhkan pemerkosa kalau terlalu dekat danmencolok, dan wanita it uterus berjalandengan tenang, dia memakai celana jeans dan kaos hitam serta ransel.

    Pagi yang sama, wanita itu tidak datang untuk mmperindah pagiku, dia mengingkarirtinitasnya yang sudah menjadirutinitasku juga slama 2 bulan ini, ada rasa ingin tahu kenapa, ingin rasanya keadaan wanita yang mmebuatku berhayaltidakjelasbelakangan ini.

    Apakah dia mengalami suatu hal yang embuatnyatidakkeluar daritumah kecilnya, rumah yang memiliki pekarangan keil yang banyak disini dengan bunga bunganmurahan yang terlihat segar, apakah dia sakit,atau mungkin sedang libur, seperti hari ini yang egitu libur dan senggang, karena begitu juga aku, memanfaatkan cuti tahunan yang sama sekali tidak kupakai di akhir tahun ini.

    Beberapa hari wanita itu tidak Nampak, sudah seminggu lebih 2 hari, dan sama saja, ketika dengan tnpa sadar waktu pulang kkerja mampir kerumah wanita itu sekedar untuk mengamati, dan sama saja, terlihat sepi, yang ada hanya taman kecil yang murah tapi terawatt.

Hei,apakah kamu masih ada atau memang sednag bepergiaan untuk waktu yang lama, atau kamu telah tertelan oleh bumi yang besar ini ? jangan menghilang.

    Pagi itu, kopi paahit tandas, hari minggu yang engangu di aal tahun, semua terasa ulai membosankan,rutinitas yang sangat membosankan. Pekerjaan kantor yang mulaimenjemukan, dan kopi pahit yang mulai benar benaar tawar.
    Bocah kecil itu berjalan sendirian manuju ujung gang, menuju jalan raya yang sama seperti saat ketika seharusnya wanita itu lakukan tiap hari, ada rasa ingin tahu, semacam kakuatan yang membawaku untuk menggerakan kakiku mengiku anak kecil itu, badan montoknya membuatnya tak mudah hilng ketika di ikuti.

    Di ujung gang, di pinggir jalan raya. Adasesuatu yang berbeda,jalanan menjadi sangat sepi, serasa ini benar benar hari minggu, tak ada kegiatan yang menonjol, atau mungkin kota ini serasa mati dalam sekejab. Anak kecil itu, dia berada di ujung jalan, berada di ujung jalan dengan seorang wanita, wanita itu ? kenapa dia disana, sejak kapan dia disana ?
Wanita itumuncul lagi, dia ada di ujung jalan, dia masih memiliki senyum yang sama, senyum yang tak terlihat, diamasih seperti memiliki selubung yang membuatku terhipnotise dan apa ini.

“hei, kemana saja kau ?”ucapku lirih.
“aku tak kemana mana, saudara saja yang beberapa hari ini tidak mengamatiku lagi seperti biasa” jawab wanita itu.
“kau tau ? kalauaku mengamatimu ?” tanyaku kaget.
‘tentu saja, karena begitu pula aku” ucapnya lirih, dan dia tersenyum. Senyum yang nyata nyata terlihat,bukan senyum tipis tetapi.

    Hei apa ini, telinga ku seperti ditulikan oleh suara yang sanggat keras dari sebelak kiriku, ada yang aneh setelah itu, rasanya pinggulku mati rasa, perutku, tanganku, dan tiba tiba muncul rasa pening yang sangat di kepala,seperti otakmu di remas oleh monster maha besar dan menjalar keleherku yang menjadi kaku, seperti tertarik oleh beban berat,seperti kehilangan kedali, bagian yang mati rasa tadiserasa nyeri, danmataku menghangat, seperti sesuatu akan kelua daridalamnya.

    “apa yang terjdi padaku?’ tanyaku lirih kepada wanita itu yang terlihat samar masih menyimpulkan senyum.
    “kini kau tak perlu merindukanku, karena kita akan selalu bersama” ucap wanita itu mantab.


Apa ini, darah naik dan menembus pembulu darah, rasanya membakar tubuhku, truk pertmnina telak meremekkan tubuhku, mmbuat tulanng igaku patah dn mencabik paru paru dan jantungku, merobek pancreas dan membuat tak ada yang berfungsi, tulang tengkorakku retak sampai hanya kulit kepala yang menjaga otak tidak bercecer, tapi darah tak mau berhenti keluar dari tujuh lubang di kepala,dan dua lubang lainnya, jangandi Tanya.

Renungan Sang Pemulung




Mungkin tak pernah kubayangkan sebelumnya, bahwa aku kini akan menjadi seorang pemulung. Pemulung sampah yang selalu berkelana dari satu tempat sampah ke tempat sampah yang lain. Dari satu onggokan ke kumpulan yang lebih besar dan lebih jorok mungkin. Sering, hanya karena sampah yang bagi sebagian orang tak ada gunanya atau malah menimbulkan kekotoran bahkan hama penyakit, aku berkelahi bahkan hingga meneteskan darah. Aku berpendapat bahwa semua sampah adalah rezeki Tuhan yang mengarah kepadaku. Aku harus mengambilnya. Tidak boleh menyia-nyiakannya barang secuilpun. Tapi mereka tidak ada yang tahu dan tidak akan pernah mau tau. Apalagi pemerintah? Cuih… muak aku melihat janji-janji mereka akan menyejahterakan kehidupan kami.

Kehidupan rakyat yang lebih kecil dari rakyat kecil tetapi punya semangat besar yang lebih besar dari para pembesar. Mereka hanya beruntung saja bisa sekolah. Coba nasib mereka sama seperti kami, menjadi pemulung sampah, aku yakin para pembesar dan pejabat itu akan mati kelaparan. Mereka tak akan mampu untuk hidup.
●renungan sang pemulung●
sebelum aku melanjutkan perenunganku bersama anda, ada baiknya anda mengetahui siapa aku? Dari mana aku dating? Dan kemana aku akan kembali?
Kenalkan! Namaku Qotif. Aku tak tahu mengapa aku diberi nama begitu oleh orang tuaku dulu. Yang penting orang memanggilku dengan panggilan itu. Aku sih enjoy-enjoy saja. Ngapain ngurusin nama? Masih banyak yang harus kuurusi dan urusan itu lebih penting dari sekedar nama. Aku dilahirkan di desa Khayyal di dataran Ananiyah. Sebuah desa dataran yang kini dipenuhi oleh bangunan-bangunan tinggi dan menjulang, tempat aku biasa mengais rezeki dari limbah-limbah mereka. Dataran yang terkadang menjadi tempat tidurku bersama istriku dan anakku satu-satunya. Lho? Aku punya anak tho? Ya iya lah. Walaupun pemulung, aku masih mempunyai tanggung jawab. Cintaku pada anak dan istriku senantiasa kubawa dalam setiap pemulunganku terhadap sampah-sampah yang berserakan dan bertumpukan disetiap limbah-limbah pabrik dan rumah.
Kehidupanku dari dulu hingga sekarang tak berubah-ubah. Semenjak pemerintahan Presiden pertama hingga kini yang ketujuh, tak juga berubah-ubah. Maklum yang namanya pemerintah kan kerjanya Cuma memerintah bukan diperintah. Jangan pernah berharap rakyat kecil akan dapat memerintah pemerintah. Pemerintahlah yang berkuasa untuk memerintah. Namanya aja pemerintah. Umurku 101 tahun. Lebih tua sekitar 30-an tahun dari negeriku sendiri yang tak pernah belajar dewasa walaupun umurnya sesungguhnya telah tua. Istriku? Telah berumur 99 tahun. Umur yang kata orang merupakan angka keberuntungan akan tetapi tak ada keberuntungan juga yang kami rasakan selain beruntung Tuhan belum mau memanggil kami kembali kepangkuannya. Anakku sendiri berumur 70-an. Ga’ tahu jelas aku umurnya yang pasti, karena dulu melahirkan ga’ lihat-lihat umur. Lahir aja bersyukur. Apa lagi lahirnya Cuma dibawah kolong jembatan. Ya aku bersyukur anakku satu-satunya ini dapat menjadi generasi yang baik yang mampu meneruskan usahaku, yaitu memulung sampah. Aku tak tahu apa jadinya sampah jika tak ada pemulung? Aku tak tahu, apakah para pejabat pemerintah atau para penguasa akan mau mengambilnya jika sampah tersebut telah menumpuk karena kami tidak ada? Bah…. Memungut sampah ketika gotong royong didepan rumahnya aja tidak pernah ikut kurasa, bagaimana pula mau memungut sampah didaerah perkantoran. Dengan alas an gengsi mereka akan menyuruh cleaning service untuk membersihkannya. Uh…..pening aku memikirkan nasib mereka seandainya mereka seperti aku. Ah…mengapa pula aku memikirkan mereka? Belum tentu dan pasti mereka tidak memikirkan nasibku? Nasib…..nasib…..
● renungan sang pemulung ●
rumahku kini tak ada lagi. Seluruh rumah kami, para pemulung dan pengemis telah dibersihkan pemerintah. Tak tahu entah kemana akan tidur. Emperan-emperan toko telah dipagar. Artinya, kami akan tidur dengan beratapkan langit bertikaikan bumi. Sebuah rumah yang luas. Lebih luas dari rumah pengusaha dan menteri yang kini menjadi orang terkaya di indonesia.
Malam telah kelam. Hujan turun deras. Kami bertiga kini kedinginan. Begitu menusuk. Tak ada lagi daging yang melekat dalam diriku yang bisa menghangatkan badanku. Kulihat istriku, ia juga begitu. Anakku, juga begitu. Dengan tulus, kami bertiga saling berpelukan. Berusaha untuk saling menghangatkan. Seluruh kehangatan yang kami keluarkan, takluk dengan dinginnya air yang terus turun bagaikan air aqua yang meluap dari botolnya. Tak ada yang mampu untuk menampungya.
Hus…………………….
Sebuah ombak besar dating dari belakangku. Begitu besar-begitu kuat. Hingga aku tak kuat menentangnya. Aku terbawa arus. Begitu juga istriku dan anakku. Aku merasakan kegelapan yang sangat.
● renungan sang pemulung ●
esok paginya kulihat fotoku masuk Koran. Beserta istri dan anakku. Begitu indah begitu rukun. Judul yang tertera diatas foto kami adalah  PULUHAN KORBAN BANJIR MASIH TERLANTAR DALAM KERAMAIAN

Wednesday, June 1, 2011

CARA AMPUH MELAWAN POCONG PAOK

Mungkin awalnya ane rada-rada bete tapi lama kelamaan ane jadi terbiasa dengan kebetean itu....
dan dengan dorong saudara ane untuk shering tentang kehidupan medan, mereka blang medan it kota yang spektakuler ... PPRREEEEETTTTTT dari china kali, mungkin sebagaian orang akan bilang  "ya" tapi
untuk ane pribadi berkata "TIDAK", alesannya setiap ane naik motor untuk jalan-jalan pasti macet trus...KANCUT !

, kalian pasti sudah tau donk yang namanya KUNTILANAK....yap benar sekali dya adalah mahkluk halus yang sangat seram.... dengan rambutnya yang panjang seperti model shampoo sunslik,
emm ada 1 lagi setan yang membuat gwe bisa ngibrit sana-sini dan berteriak histeris
LOOONNNTOONNNGGG !!! LOOONTONNNGGG !! YAP dya adalah POCONG entah kenapa mahkluk yang satu ini sangat seram dan sangat di takuti ??!! padahal untuk menaklukan pocong ini sangatlah mudah... dengan cara dya berpakaian aja udh kumel, di bungkus kya lontong, tangannya diiket, kaki diikiet dan semua serba diiket so gwe pnya cara ampuh untuk menaklukan setan ini apa lagi kalaw di keadaan tak terduga....
gini kalaw secara tiba-tiba pocong hadir di hadapan anda.

Cara 1. janganlah anda berlari lebih cepat dari pada si pocong tapiii LARI LAH LEBIH CEPAT DARI PADA TEMAN ANDA...!!!


Cara
2. Apa bila anda sedang berada di gunung dan terdesak di jalan buntu, jurang misalnya... kemudian, diantara pilihan extrim belakang jurang, depan pocong, disini anda punya 2 pilihan... nah biasanya orang bego lebih memilih untuk lompat ke jurang dan hingga pada akhirnya orang bego ini mati sia-sia. TAPII klaw anda pintar dan memiliki tehnik jago menggocek lawan di permainan bola, pasti anda akan selamat ! anda bisa saja menggocek pocong itw dengan tekniknya cristiano ronaldo, hingga pada akhirnya pocong itw tergocek anda berada di belakang pocong itw lalu kabur dengan kecepatan lari atlit maraton.WAW....

Cara
3.dan apa bila anda mau balas dendam dengan pocong itw karna sudah menakuti anda, anda bisa juga menendang pantat si pocong dengan tendangan ala " bambang sunarso ", tunggu itw sich bokapnya fanya.... maksud gwe " bambang pamungkas ! " anda bisa menendang dengan kekuatan santai
karna si pocong jga termasuk setan yang cuma modal muka abstrak doank so pas anda tendang sedikit pasti si pocong bakalan jatuh terguling-guling kedalam jurang dan kemudian penonton bersorak : GGOOAALLLL !!! DAN SCORE ANDA BERUBAH MENJADI 1-0 . seru kan ?

selamat mencoba....

Ciri-ciri wanita berhasrat sex tinggi



BERANI BERKATA TIDAK
Seorang yang menyukai seks tak segan untuk berkata tidak pada pasangannya yang mengajak bercinta. Ketika mereka lebih ingin membaca buku, istirahat, atau tidur, daripada bercinta, mereka pun tak segan mengakuinya. Wanita yang tidak pernah berkata tidak untuk seks, walau sedang tidak mood, justru tidak pernah juga berkata “ya” secara penuh. Artinya mereka tidak pernah ingin benar-benar bercinta.

EGOIS DALAM BERCINTA
Siapa saja yang menyukai seks tentu mengetahui dengan pasti apa yang diinginkannya, dan apa yang menyenangkannya. Ia juga cenderung mengendalikan permainan, dengan mengatakan kepada pasangan, hal-hal yang menggairahkannya. Dengan begitu, ia akan terlihat egois di tempat tidur.

FLEKSIBEL
Maksudnya bukan tubuhnya yang fleksibel melakoni posisi bercinta yang jumlahnya seribu satu macam. Pikiran merekalah yang fleksibel. Mereka tidak pernah menentukan syarat-syarat sebelum bercinta, misalnya harus di kamar, dengan lampu remang, atau hanya bercinta dengan posisi misionaris, pria di atas wanita. Mereka cenderung menjauhi seks yang rutin.

LEBIH BERGAIRAH
Lagi-lagi tidak hanya bergairah dalam arti seks. Wanita-wanita penyuka seks akan dengan sendirinya terlihat bergairah dalam menjalani apapun. Mereka selalu mempunyai energi yang cukup untuk berpenampilan menarik atau memasak/mencari makanan kesukaan, cenderung rajin memanjakan lidah, dan lain-lain.

KONSENTRASI
Menikmati seks mutlak memerlukan sebuah konsentrasi pikiran. Seperti layaknya “menyimpan” pikiran soal rumah tangga di rumah, ketika tengah bekerja di kantor. Seperti itu pula seks. Wanita penyuka seks mahir “membagi” pikirannya seperti itu. Ketika bercinta, mereka dapat dengan pandai menyimpan segala kekhawatiran yang sedang melandanya.